Tanggal 28 November aku mengikuti olimpiade fisika dengan teman- temanku kelas XIA1, XIA2, X1, dan X2. Olimpiade itu diadakan oleh LBB PRIMAGAMA dan diikuti oleh sekitar 5000 peserta dari SMA/MA sederajat sekab. sidoarjo. Sehari sebelum babak penyisihan guru pembimbingku yaitu Bpk. Yunus Arbiyan memberikan kisi- kisi soal kepada aku dan teman- teman. Ya kisi- kisinya memang nggak jelas, yaitu disuruh mempelajari Optik, Mekanika, dan Listrik. Gimana anak- anak belajarnya, sedangkan kisi- kisi itu sangat umum.
Akhirnya tiba juga di hari penyisihan itu,
setiap murid selain sekolahku saat itu juga mengadakan penyisihan. Waktu yang diberikan hanya 2 jam, itupun terpotong untuk pengisihan identitas di L JK. Padahal ada yang harus diselesaikan. Penilaian saat itu seperti SPMB. Bener 1 poin 4, salah satu poin -1, dan tidak menjawab poin 0. Karena pertimbangan itulah aku mengerjakan soal yang 100% menurutku benar. Tidak semua soal aku kerjakan karena aku takut poin minus itu mngurangi poin benar ku.
Setelah selesai mengerjakan ternyata aku baru tahu bahwa kebanyakan dari temanku mengerjakan semua soal tersebut padahal aku sendiri banyak yang kosong. Ya Allah, teman- temanku hebat.
Beberapa hari kemuadia pak Yunus memberitahuku kalau aku,teman sekelasku Anas, dan Salamah XIA2. Aku kaget banget saat itu. Akhirnya flash disk ku yang hilang waktu itu ada gantinya juga. Flasdisk gratisan gitu…!!!
Nach, tanggal 12 Desember adalah puncak perjuanganku di Olimpiade kali ini, karena ini pertama kalinya aku masuk final. Karena di Olimpiade selain event ini aku hanya bisa sampai babak semifinal. Aku seneng banget. Di mobil, aku dan temanku yang masuk final hanya bisa berdo’a dan belajar seadanya waktu. Tiba di Depdiknas, kami sangat gugup, karena hanya tersisa kursi paling depan dekat dengan tempat juri, keringat dingin mulai mengucur dari keningku, soal demi soal ku kerjakan dengan tenang, karena apabila kita dipengaruhi oleh rasa gugup maka semua rumus yang sudah aku pelajari bisa- bisa rontok semua bersama keringat dinginku. Memang hanya 5 soal yang dikerjakan tapi setiap maju ke soal berikutnya, level kesulitan soalpun semakin sulit dan menantang, aku hanya menjawab sebisaku, Karena kata Pak Yunus,”jawab sebisamu, gag usah terlalu memaksakan diri”. Ya emang aku jawab semua soal. Tapi aku gag tahu apakah jawabanku itu benar ataukah salah. Aku hanya percaya diri ketika menjawab soal pertama dan terakhir. Tapi perhitungan poin juga didasarkan pada kesulitan soal, mungkin poinku sempurna di soal terakhir, atau mungkin yang lain. Tak sabar aku menunggu, akhirnya di umumkan juga para juaranya,. Dari juara harapan 3 sampai harapan 1 namaku dan nama temanku tak disebutkan. Setiap anak yang namanya di panggil langsung mengungkapkan rasa syukurnya dengan sujud syukur. Setelah pupus harapanku dan menundukkan kepalaku, ternyata tak disangka- sangka MAN SIDOARJO dipanggil, siapakah itu? Salamah, Anas, ataukah aku? Aku meremas tangan temanku dan menutup mata sejenak, ternyata aku…oh betapa bingung dan kagetnya aku saat itu. Bahkan aku gag tahu apa yang harus aku lakukan. Sorak sorai peserta lain mengiriku maju kedepan, ucapan selamat b=dari juara 2 dan 3 itu yang pertama, dan seterusnya pelaksana. Ini baru pertama kali aku memegang tropi yang sebesar dan seindah itu. Aku sampai gemetar kedinginan. Setelah itu acara selesai. Kami dan peserata lain pulang ke sekolah masing- masing. Aku dan dua temanku menunggu jemputan, ternyata gag ada yang jemput. Akhirnya kita semua naik sepatu dech, di jalan kami juga sempat kesasar di perumahan dekat gor. Akhirnya sampai di alun- alun. Kami istirahat sebentar. Tapi Salamah mundur dari tantangan ini, akhirnya aku melanjutkan perjalanan dengan 1 teman. Kami nyampe di sekolah dengan selamat tapi capek banget. Rasa capek ini masih bisa terkalahkan dengan rasa bahagiaku saat itu.
Akhirnya tiba juga di hari penyisihan itu,
setiap murid selain sekolahku saat itu juga mengadakan penyisihan. Waktu yang diberikan hanya 2 jam, itupun terpotong untuk pengisihan identitas di L JK. Padahal ada yang harus diselesaikan. Penilaian saat itu seperti SPMB. Bener 1 poin 4, salah satu poin -1, dan tidak menjawab poin 0. Karena pertimbangan itulah aku mengerjakan soal yang 100% menurutku benar. Tidak semua soal aku kerjakan karena aku takut poin minus itu mngurangi poin benar ku.
Setelah selesai mengerjakan ternyata aku baru tahu bahwa kebanyakan dari temanku mengerjakan semua soal tersebut padahal aku sendiri banyak yang kosong. Ya Allah, teman- temanku hebat.
Beberapa hari kemuadia pak Yunus memberitahuku kalau aku,teman sekelasku Anas, dan Salamah XIA2. Aku kaget banget saat itu. Akhirnya flash disk ku yang hilang waktu itu ada gantinya juga. Flasdisk gratisan gitu…!!!
Nach, tanggal 12 Desember adalah puncak perjuanganku di Olimpiade kali ini, karena ini pertama kalinya aku masuk final. Karena di Olimpiade selain event ini aku hanya bisa sampai babak semifinal. Aku seneng banget. Di mobil, aku dan temanku yang masuk final hanya bisa berdo’a dan belajar seadanya waktu. Tiba di Depdiknas, kami sangat gugup, karena hanya tersisa kursi paling depan dekat dengan tempat juri, keringat dingin mulai mengucur dari keningku, soal demi soal ku kerjakan dengan tenang, karena apabila kita dipengaruhi oleh rasa gugup maka semua rumus yang sudah aku pelajari bisa- bisa rontok semua bersama keringat dinginku. Memang hanya 5 soal yang dikerjakan tapi setiap maju ke soal berikutnya, level kesulitan soalpun semakin sulit dan menantang, aku hanya menjawab sebisaku, Karena kata Pak Yunus,”jawab sebisamu, gag usah terlalu memaksakan diri”. Ya emang aku jawab semua soal. Tapi aku gag tahu apakah jawabanku itu benar ataukah salah. Aku hanya percaya diri ketika menjawab soal pertama dan terakhir. Tapi perhitungan poin juga didasarkan pada kesulitan soal, mungkin poinku sempurna di soal terakhir, atau mungkin yang lain. Tak sabar aku menunggu, akhirnya di umumkan juga para juaranya,. Dari juara harapan 3 sampai harapan 1 namaku dan nama temanku tak disebutkan. Setiap anak yang namanya di panggil langsung mengungkapkan rasa syukurnya dengan sujud syukur. Setelah pupus harapanku dan menundukkan kepalaku, ternyata tak disangka- sangka MAN SIDOARJO dipanggil, siapakah itu? Salamah, Anas, ataukah aku? Aku meremas tangan temanku dan menutup mata sejenak, ternyata aku…oh betapa bingung dan kagetnya aku saat itu. Bahkan aku gag tahu apa yang harus aku lakukan. Sorak sorai peserta lain mengiriku maju kedepan, ucapan selamat b=dari juara 2 dan 3 itu yang pertama, dan seterusnya pelaksana. Ini baru pertama kali aku memegang tropi yang sebesar dan seindah itu. Aku sampai gemetar kedinginan. Setelah itu acara selesai. Kami dan peserata lain pulang ke sekolah masing- masing. Aku dan dua temanku menunggu jemputan, ternyata gag ada yang jemput. Akhirnya kita semua naik sepatu dech, di jalan kami juga sempat kesasar di perumahan dekat gor. Akhirnya sampai di alun- alun. Kami istirahat sebentar. Tapi Salamah mundur dari tantangan ini, akhirnya aku melanjutkan perjalanan dengan 1 teman. Kami nyampe di sekolah dengan selamat tapi capek banget. Rasa capek ini masih bisa terkalahkan dengan rasa bahagiaku saat itu.